Acara di Ibu Kota Baru Tekankan Potensi Pembangunan Seimbang di Tengah Keterlambatan
Presiden Indonesia, Joko Widodo, memimpin perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-79 di ibu kota baru yang direncanakan, Nusantara, pada hari Sabtu. Ini adalah langkah simbolis yang menyoroti pembangunan yang seimbang.
Secara resmi dikenal sebagai Ibu Kota Nusantara, calon ibu kota masa depan ini terletak di tengah-tengah hutan hujan Kalimantan Timur di Pulau Borneo, sekitar 1.260 kilometer di utara ibu kota saat ini, Jakarta.
Meskipun para analis menyatakan bahwa pemindahan ibu kota ini dapat membantu mendistribusikan pembangunan di luar Pulau Jawa dan mempromosikan kota hijau, kekhawatiran masih ada terkait keterlambatan pembangunan dan kesenjangan pendanaan dalam mewujudkan Nusantara.
Perayaan tersebut menampilkan upacara pengibaran bendera di kompleks Istana Negara yang dihadiri oleh 1.300 orang, termasuk Ibu Negara Iriana, Presiden terpilih Prabowo Subianto, dan para diplomat asing.
Istana Negara adalah salah satu dari sedikit infrastruktur yang telah dibangun, sementara Nusantara diproyeksikan akan sepenuhnya berkembang pada tahun 2045.
“Indonesia adalah negara yang sangat besar; kesetaraan di semua wilayah sangat dibutuhkan,” kata Widodo setelah upacara, seperti yang dilaporkan oleh kantor berita negara Antara. “Wilayah timur, tengah, dan barat harus mendapatkan porsi yang sama.”
Selain upacara besar di Nusantara, perayaan juga diadakan di Istana Merdeka di Jakarta, dengan berbagai kompetisi dan perayaan berlangsung dalam beberapa hari terakhir.
Sawidji Widoatmodjo, dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Tarumanagara di Jakarta, mengatakan tidak ada yang salah dengan pemindahan ibu kota—gagasan yang pertama kali diusulkan oleh Presiden Sukarno pada tahun 1957. “Namun masalah yang kita hadapi saat itu … sama seperti sekarang. Ini adalah soal pendanaan,” katanya.
Rezha Bayu Oktavian Arief, salah satu pendiri dan CEO Obviously Sustainable, sebuah perusahaan sosial dan firma penasihat di Jakarta, memuji komitmen pemerintah terhadap proyek ini tetapi menyoroti “tantangan signifikan” dalam menarik investor asing.
“Dari apa yang kami kumpulkan, hambatan utama berkisar pada kebijakan dan regulasi, terutama terkait dengan hak pengelolaan lahan di (Nusantara), yang terus menjadi masalah kontroversial,” kata Arief.
Pemindahan ibu kota ini diperkirakan akan menelan biaya lebih dari $30 miliar. Pada 12 Agustus, Widodo mengumumkan pada rapat kabinet pertamanya di Nusantara bahwa 56,2 triliun rupiah ($3,58 miliar) telah diinvestasikan di calon ibu kota tersebut.
Tantangan di Jakarta
Selain mendistribusikan kekayaan di wilayah lain, Widodo sebelumnya menyatakan bahwa pemindahan ibu kota juga akan meringankan tantangan lingkungan yang besar di Jakarta. Kota ini, yang dihuni oleh 10 juta orang, sering mengalami banjir dan menjadi salah satu kota yang paling cepat tenggelam karena ekstraksi air tanah yang berlebihan.
Ibu kota baru ini direncanakan sebagai kota pintar, yang menampilkan transportasi umum yang mudah diakses dan layanan sosial, komunitas yang beragam, sumber energi rendah karbon, dan lebih dari 75 persen zona pemerintah yang hijau.
Bernadia Irawati Tjandradewi, sekretaris jenderal United Cities and Local Governments Asia-Pacific di Jakarta, mengatakan bahwa dorongan pemerintah untuk mengembangkan Nusantara sebagai kota pintar “tidak hanya akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui teknologi dan inovasi, tetapi juga akan mendorong distribusi pembangunan yang lebih merata di seluruh Indonesia.”
Josua Pardede, kepala ekonom di PermataBank di Jakarta, memuji pemerintah karena selektif dalam memilih investor karena ini akan memastikan bahwa investasi sejalan dengan visi pembangunan Nusantara.
“Pemerintah akan mendapatkan investasi berkualitas tinggi dan tidak hanya berusaha untuk kuantitas,” katanya.
Namun, dia mengatakan mungkin sulit bagi pemerintahan Prabowo untuk mewujudkan kerangka kemitraan publik-swasta yang diadopsi oleh pendahulunya. Kerangka ini perlu dikembangkan menjadi program yang lebih rinci untuk memudahkan investor dalam menghitung pengembalian investasi mereka, tambahnya.